Selasa, 02 Juni 2015

new



BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Alam Indonesia diberkahi dengan kekayaan plasma nutfah yang berlimpah, baik dalam jenis maupun macamnya. Salah satu hasil pertaniannya adalah buah-buahan. Komoditi buah-buahan mempunyai keragaman dalam jenisnya serta memiliki nilai ekonomi yang tinggi dibandingkan dengan tanaman pangan. Selain itu, buah-buahan juga bersifat spesifik lokasi, responsif terhadap teknologi maju, produk yang bernilai tambah besar, dan pasar yang terus berkembang. Oleh karena itu, tanaman buah-buahan tepat dikembangkan sebagai usaha. Di sisi lain, sasaran produk unggulan buah-buahan tahun 2007 yang terdiri dari manggis, mangga, pisang, jeruk, durian, semangka, dan melon dapat berpotensi menunjang perekonomian daerah khususnya  dan pemerintah Indonesia pada umumnya. Tetapi bukan hanya produk buah-buahan unggulan saja yang menjadi fokus masyarakat dan pemerintah karena selain itu masih banyak buah-buahan di Indonesia yang bisa menjadi prospek usaha bagi masyarakat misalnya buah carica.
Dataran Tinggi Dieng yang terletak kurang lebih 120 kilometer dari Semarang sebagai ibukota propinsimenyimpan banyak potensi wisata baik wisata alam maupun wisata boga. Wisata boga di dataran Tinggi Dieng yang menjadi cirri khas adalah carica yang merupakan buah sejenis pepaya. Buah carica merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang tidakmudah ditemukan di daerah lain di Indonesia, namun tumbuh subur di DataranTinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo. Buah carica memiliki citarasa unik, harum yang khas, dan daging buah yang kenyal. Karakteristik buah caricayang memiliki rasa masam, pahit, dan getah yang dapat menimbulkan gatal,membuat buah ini hanya enak dimakan apabila telah diproses terlebih dahulu.Buah carica juga termasuk dalam komoditi pertanian yang tidak tahan lamaatau sangat cepat mengalami kerusakan bila disimpan dalam keadaan segar.Oleh karena itu, adanya upaya pengolahan lebih lanjut sangat membantumemperpanjang masa simpan buah sehingga dapat dikonsumsi kapan saja,lebih praktis, dan memberi nilai tambah terhadap buah.
I.II Rumusan Masalah
1.      Bagaimana proses pembuatan manisan dari buah carica?
2.      Bagaimana meningatkan pendapatan warga Dieng dengan olahan buah carica?
I.III Tujuan
1.      Mengetahui proses pembuatan manisan dari buah carica hingga menjadi sebuah produk.
2.      Mengetahui pendapatan warga Dieng setelah mengolah buah carica?
I.IV Tinjauan Pustaka
A. Karakteristik Buah Carica
Pepaya gunung sering ditulis carica, Vasconcellea cundinamarcensis, Carica pubescens, Carica quercifolia, Carica goudotiana, dan Cariaca candamarcensis adalah kerabat pepaya yang menyukai keadaan dataran tinggi basah 1.500-3.000 m di atas permukaan laut. Di wilayah Dieng tanaman ini bisa disebut Carica, dan di Bali tanaman ini disebut Gedang Memedi. Daerah asalnya adalah dataran tinggi Andes, Amerika Selatan.
Gambar 2.1 Buah carica
Tanaman pepaya gunung merupakan pohon kecil atau perdu yang tidak berkayu, mirip dengan pepaya biasa (Carica papaya L.) tetapi mempunyai cabang yang lebih banyak dan ukuran semua bagian tanaman lebih kecil. Tinggi rata-rata adalah 1-2 meter, bunga jantan memiliki tangkai yang panjang hingga 15 cm dan bunga betina berukuran lebih besar dengan tangkai yang keras dan pendek.Buah pepaya gunung berbentuk bulat telur dengan ukuran panjang 6–10 cm dan diameter 3–4 cm. Buah matang berbentuk telur sungsang dengan ukuran 6–15 cm x 3–8 cm, dagingnya keras, berwarna kuning-jingga, rasanya agak asam tetapi harum, di sekeliling rongganya terdapat banyak sekali biji yang putih dan berair. Buah yang belum matang memiliki kulit yang berwarna hijau gelap dan akan berubah menjadi kuning setelah matang. Biji buah berwarna hitam dengan jumlah yang banyak dan padat. Buahnya mengandung getah, dan getah ini akan semakin berkurang dengan semakin mendekati kematangan. Getah ini mengandung papain yang bersifat proteolitik.Terdapat dua pendapat mengenai klasifikasi tanaman carica. Secara rinci klasifikasi tanaman carica berdasarkan dua pendapat tersebut ditunjukkan oleh tabel 1.1
Klasifikasi
Pendapat Smith (1981)
Pendapat Hutchinson (1959)
Kingdom
Plantae (tumbuhan)
Plantae
Subkingdom
Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Tracheobionta
Superdivisio
Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Spermatophyta
Divisio
Angiospermae
Angiospermae
Kelas
Monocootyledonae
Monocootyledonae
Sub-kelas
Dilleniidae
Lignosae
Ordo
Violales
Cucurbitales
Family
Caricaceae
Caricaceae
Genus
Carica
Carica
Spesies
Carica pubescens
Carica pubescens
Sumber : Hidayat S, 2000
Menurut Sediaoetama komposisi buah carica hampir sama dengan komposisi buah pepaya masak dan berbeda dengan komposisi buah pepaya muda. Perbedaan komposisi buah carica dengan buah pepaya masak adalah kandungan air lebih besar pepaya masak, dan protein, zat besi lebih besar buah carica. Lihat tabel 1.2
Carica per 100 gram
Zat Gizi
Satuan
Buah Pepaya Masak
Buah Pepaya Muda
Buah Carica
Air
Energy
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Fosfor
Besi
Vitamin A
Vitamin B1
Vitamin C
g
kkal
g
g
g
mg
mg
mg
SI
Mg
mg
87
46
0,5
0
12,2
23
12
1,7
365
0,04
78
92
26
2,1
0,1
4,9
50
16
0,4
50
0,02
19
86,7
46
12
0
12,2
23
12
17
365
0,04
78
Sumber: Sediaoetama, 2000
B. Manisan
Manisan merupakan salah satu metode pengawetan produk buah-buahan yang paling tua, dan dalam pembuatannya menggunakan gula, dengan cara merendam dan memanaskan buah dalam madu atau air gula. Jenis manisan ada tiga macam :
a.       Manisan basah
Manisan basah adalah manisan yang diperoleh setelah penirisan buah dari larutan gula. Manisan basah mempunyai kandungan air yang lebih banyak dan penampakan yang lebih menarik karena serupa dengan buah aslinya. Manisan basah biasanya dibuat dari buah yang keras. Contoh buah untuk manisan basah adalah kolang kaling, mangga, kedongdong, salah, pepaya, ceremai, belimbing.
b.      Manisan kering
Manisan kering adalah manisan yang diperoleh setelah buah ditiriskan kemudian dijemur sampai kering. Manisan kering memiliki daya simpan yang lebih lama, kadar air yang lebih rendah, dan kadar gula yang lebih tinggi. Manisan kering biasanya dibuat dari buah yang teksturnya lunak. Contohnya buah untuk manisan kering adalah buah pala, jambu mete, terung.
c.       Manisan acar
Manisan acar adalah manisan cita rasa cukanya sangat terasa, contoh buah untuk dibuat manisan acar adalah mentimun, wortel dan kedongdong.
C.Sektor PertanianDieng
Untuk sektor pertanian Dieng sendiri memiliki komoditas antara lain padi, teh, tembakau, kopi dan berbagai jenis sayuran dan tanaman hortikultura. Wilayah yang memiliki suhu udara antara 14,3-26,5ºC diketahui sangat cocok untuk pengembangan budidaya jamur, carica, pepaya, asparagus dan beberapa jenis kayu sebagai komoditi ekspor non migas. Selain itu juga ada beberapa jenis tanaman khas Dieng seperti purwaceng, gondorukem dan kayu putih. Kondisi alam Dieng dengan tanahnya yang subur menjadikan sektor pertanaiannya menjadi mata pencaharian sebagian masyarakat Dieng, perdagangan hasil pertanian masih sangat menjanjikan bagi masyarakat baik di pasar nasional maupun internasional dan mereka bisa menguasai dengan baik perdagangan hasil pertanian secara menyeluruh.
Perdagangan buah di pasar internasional masih dikuasai buah-buahan dari subtropis, sedangkan buah-buahan tropis masih sangat sedikit, yaitu tidak lebih dari 5%. Oleh karenanya, perlu dilakukan upaya peningkatan dalam pengembangan buah tropis. Namun, upaya pengembangan tersebut masih terganjal dengan berbagai kendala, seperti rendahnya pengelolaan tanaman buah dalam skala luas. (F. Rahardi 2007:3)



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Proses Pembuatan Manisan Buah Carica
Tahapan proses produksi dari pembuatan manisan carica adalah sebagai berikut :
a.       Penyimpanan Suhu Ruang
Bahan baku yaitu buah carica yang sudah dikumpulkan tidak diolah secara langsung melainkan disimpan dalam gudang penyimpanan pada suhu ruang, buah carica memiliki batas waktu penyimpanan yaitu selama tujuh hari. Hal ini untuk menjaga kualitas dari bahan baku produk yang akan dibuat, buah carica yang sudah masak dan sudah memenuhi syarat siap untuk diolah menjadi manisan.

Gambar 2.2 Buah Carica dalam Penyimpanan

b.      Proses Sortasi
Buah carica yang akan diolah menjadi manisan harus melalui proses seleksi terlebih dahulu. Tujuan dilakukan sortasi adalah untuk mengelompokkan buah berdasarkan tingkat kematangannya. Parameter yang digunakan dalam proses seleksi ini adalah kenampakkan, tekstur, ukuran, warna.
Gambar 2.3 Buah Carica dalam Proses Sortasi
Buah yang diklasifikasikan mempunyai kualitas bagus dan lolos seleksi adalah buah yang mempunyai kenampakkan bagus, aroma khas dan warna buah hijau kekuningan sampai kuning.

c.       Pengupasan dan Pengecilan Ukuran
Buah carica yang sudah disortasi selanjutnya dikupas. Pengupasan pada buah carica bertujuan untuk memisahkan kulit buah dengan daging buah dan untuk mengurangi getah. Setelah proses pengupasan berakhir buah yang telah dikupas dicuci untuk menghilangkan getahnya, lalu dilakukan pembelahan menjadi dua bagian.
Gambar 2.4 Buah Carica dalam Proses Pengupasan dan Pengecilan Ukuran
d.      Perendaman Air Kapur
Sebelum dilakukan proses pemanasan pendahuluan, buah carica direndam dalam air kapur untuk mempertahankan kerenyahan buah tersebut yang dilakukan kurang lebih 10-15 menit atau sampai tekstur cukup mengeras.
Gambar 2.5 Buah Carica dalam Proses Perendaman Air Kapur




e.       Perebusan
Gambar 2.6 Buah Carica dalam Proses Perebusan
Perebusan merupakan cara pemanasan pendahuluan pada pengolahan buah dan sayuran. Tujuan utama perebusan adalah menginaktifkan enzim diantaranya enzim peroksidase dan katalase, kedua enzim ini paling tahan terhadap panas dan membersihkan bahan dari kotoran dan mengurangi jumlah mikroba dalam bahan. Perebusan ini dilakukan disaat air mulai mendidih sampai mendidih kembali, perlakukan perebusan pada carica ini.

f.        Pewadahan dan Penutupan/ Sealing
Sebelum glas jar, dan cup pengemas digunakan sebagai pengemas, maka terlebih dahulu dilakukan pencucian dengan menggunakan air bersih. Tujuan dilakukannya pencucian adalah untuk menghilangkan debu dan kotoran yang dapat menumbuhkan jamur pada pengemas. Setelah dilakukan pencucian, pengemas ditiriskan. Penirisan ini bertujuan untuk menghilangkan air sisa pembersihan serta mencegah terjadinya kontaminasi antara sisa air pembersihan dengan manisan carica.
Gambar 2.7 Buah Carica dalam Proses Pewadahan dan Penutupan
g.      Sterilisasi Komersial
Waktu dan suhu yang diperlukan untuk proses sterilisasi pada tiap kemasan berbeda-beda, tergantung dari jenis kemasan yang digunakan. Pada kemasan gelas selai waktu yang diperlukan untuk proses sterilisasi adalah 1 jam, untuk kemasan cup plastik dan pouch adalah 45 menit dengan menggunakan suhu 900C.
Gambar 2.8 Buah Carica dalam Proses Sterilisasi Komersial
h.       Pendinginan
Proses pendinginan bertujuan untuk mempermudah serta mempercepat proses pengepakan. Pendinginan kemasan cup plastik dilakukan dengan merendam manisan yang telah melalui proses pasteurisasi dengan memasukkan ke bak pendinginan. Pendinginan pada gelasselai dilakukan dengan menggunakan penyiraman air hangat pada kemasan.

Gambar 2.9 Buah Carica dalam Proses Pendinginan

i.        Pengepakan
Setelah produk manisan carica selesai dari tahap pendinginan selanjutnya produk manisan akan segera dikemas. Fungsi kemasan ini sebagai wadah kedua atau kemasan sekunder, yaitu wadah yang tidak langsung berhubungan dengan makanan, bisa dengan kardus atau pelastik.

B.     Petani Carica
Masyarakat Dieng hidup sebagai petani atau buruh tani yang menanam kentang, kacang dieng, kubis (kol), carica serta palawija. Sebagaimana umumnya masyarakat pedesaan di Jawa, mata pencaharian penduduknya kebanyakan bersumber pada sektor pertanian yaitu petani pemilik, petani penggarap dan petani ladang atau petani kebun. Saat ini petani kentang di Dataran Tinggi Dieng tertarik mengembangkan komoditas buah carica (Carica candamarcensis) sebagai upaya konservasi lahan setempat yang sudah kritis. Selain dapat menjadi penahan erosi, komoditas carica juga bernilai ekonomi dengan jaminan pasar yang menjanjikan selain itu untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan akibat dari kebiasaan teknik dalam menanam kentang yang searah dengan kemiringan tanah.
“Budidaya carica bisa mensejahterakan masyarakat,
apalagi buahnya sudah menjadi produk oleh-oleh khas dieng”
terang Sri Endarwati, petani dan pengelola kios exotic carica.
Menjadi petani buah carica tidak terlalu sulit, karena usia pohon carica yang relatif panjang bisa sampai 20 tahun bahkan lebih, kurang lebih satu tahun setelah dipanen pohon carica tersebut sudah bisa menghasilkan buah yang baik. Petani tinggal memangkas pohon carica jika hasil buah mulai menurun karena dari pucuknya akan tumbuh tunas baru yang menghasilkan buah yang lebih baik.Selama ini lahan disekitar pegunungan Dieng didominasi jenis tanaman kentang, namun sejak lima tahun belakang sudah banyak petani di sekitar Dieng menanam pohon carica sebagai tanaman utama. Petani carica membudidayakan buah carica di Desa Kotak Banteng Dieng, Wonosobo, saat mulai panen raya pada tiga tahun pertama, mereka bisa memproduksi enam ton buah carica per bulan. Namun saat ini, karena tanaman mulai tua hanya bisa memproduksi 1,5 ton setiap minggunya. Menurut para petani buah carica, harga buah carica sudah semakin turun. Awal-awal produksi mereka bisa menjual buah carica dengan harga rata-rata Rp 5.000/kg bahkan pernah mencapai Rp 9.000/kg. Tapi sekarang harga buah carica hanya Rp 3.500/kg.
C.    Produsen Buah Carica
Saat awal, pengolahan yang dikenalkan masih sangat sederhana. Buah carica dijadikan manisan yang terasa segar. Tapi seiring berjalannya waktu, dilakukan berbagai pengembangan pengolahan buah ini. Tidak sekadar manisan, berbagai produk olahan pun dihasilkan dari buah yang satu ini. Selain itu, carica pun sering digunakan untuk keperluan lain. Masyarakat sekitar menggunakan daging buah ini sebagai pelunak daging sapi, kambing, atau kerbau. Selain itu, buah ini pun dijadikan sebagai bahan pembuatan kosmetik. Industri pengolahan buah carica banyak tumbuh di Dataran Tinggi Dieng. Kesemuanya merupakan industri rumahan yang mengolah buah ini dengan cara yang sederhana. Selain itu, olahan buah carica yang dijual dalam kemasan tidak menggunakan bahan pengawet tapi mampu bertahan hingga 6 bulan untuk kemasan plastik hingga dua tahun untuk kemasan kaleng.
Contoh usaha rumahan yang sedang di galakan oleh Kelompok Kerja Pokdarwis Diengmenjadi makanan olahan seperti manisan carica.
Produsen buah carica bukan hanya usaha rumahan tetapi ada pula usaha besar salah satunya Carica Gemilang perusahaan tersebutberdiri sejak tanggal 10 Oktober 2013 dan sampai sekarang pemasaran sudah mencapai area Jawa Bali yang mempekerjakan masyarakat sekitar sehingga bisa memutus rantai pengangguran. Carica Gemilang menggunakan bahan-bahan pilihan dengan kualitas terbaik yang hanya berasal dari lima desa tertinggi yang berada di daerah Dataran Tinggi Dieng.Target perusahaan tersebut adalah menjadi produsen produk buah carica terbesar di Indonesia dan mampu mengenalkan olahan buah carica seperti sirup buah carica yang bisa didapatkan dimana saja (consumer food) diantaranya toko makanan, restoran, mini market, super market, restoran di Indonesia, bukan hanya sekedarmenjadi makanan khas yang dikenal oleh kalangan tertentu saja dan berakhir di pojok etalase toko oleh-oleh.
D.    Aspek Pemasaran
Pemasaran buah carica meliputi wilayah lokal, regional dan nasional dengan daerah pemasaran lokal adalah Kabupaten Wonosobo dan sekitarnya, regional meliputi beberapa kota di Jawa Tengah sedangkan nasional meliputi luar Jawa Tengah seperti Jabodetabek, Jawa Timur, Tasikmalaya Jawa Barat. Pola pemasaran buah carica yang dilakukan meliputi beberapa pola yaitu :
1.      Produsen à konsumen
2.      Produsen à pedagang eceran à konsumen
Untuk pemasaran lokal, biasanya konsumen membeli langsung ke produsen dan pedagang eceran di toko. Sedangkan untuk pemasaran regional dan nasional biasanya sesuai dengan pola dua. Pada tahap awal para produsen menawarkan produk buah carica ke toko-toko atau pusat oleh-oleh dan tempat-tempat wisata yang ada di berbagai daerah serta membuka stand di pusat perbelanjaan modern.Permintaan terhadap produk olahan carica terus bertambah, para konsumen merasa tertarik akan cita rasa manisan carica yang segar. Biasanya pemesanan manisan carica akan meningkat saat liburan, dan hari raya besar seperti natal dan bulan Ramadhan dan setiap tahunnya mengalami peningkatan. Akan tetapi masyarakat yang mengolah buah carica belum bisa menembus pasar internasional karena mereka harus memenuhi standarisasi mutu yang sudah ditetapkan. Dalam rangka meningkatkan pendapatan warga Dieng oleh produk oalahan carica pemerintah daerah membentuk suatu perkumpulan yaitu Asosiasi Pengrajin Carica (APC), sumber pembiayaan dan pemodalan mereka peroleh dari modal sendiri dan modal luar seperti dari perbankan.





BAB III
PENUTUP
III.I Simpulan
           Kesejahteraan masyarakat Dieng meningkat saat mereka bukan hanya sebagai petani buah carica melainkan menjadi produsen olahan buah carica, baik usaha rumahan maupun usaha besar yang bisa mempekerjakan warga sekitar. Buah carica yang mudah tumbuh di Dataran Tinggi Dieng menjadi salah satu keuntungan tersendiri dalam pengolahan buah carica menjadi produk yang laku di pasaran. Sekarang buah carica telah menjadi oleh-oleh khas Dieng yang banyak dicari oleh pengunjung ataupun warga sekitar Dieng sendiri karena rasanya yang menyegarkan dan mengandung vitamin yang baik untuk tubuh.
III.II Saran
Sebaiknya dilakukan inovasi baru bukan hanya buah carica sebagai manisan tetapi bisa menjadi produk lain seperti kripik buah carica ataupun bisa menjadi alat kosmetik karena carica memiliki khasiat tersendiri. Selain itu bukan hanya buahnya saja yang dimanfaatkan tetapi bagian buah yang lainnya seperti daunnya bisa menjadi obat untuk diare. Perhatian pemerintah daerah juga diperlukan agar usaha rumahan ini bisa menjadi usaha berskala besar agar dapat menambah pendapatan pemerintahan setempat.


DAFTAR PUSTAKA
Rahardi F, Indriani H Yofita, Haryanto, Aji R Eni. 2007. Agribisnis Tanaman Buah. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Nainggolan K. 2005. Pertanian Indonesia Kini dan Esok. Jakarta (ID): Pustaka Sinar Harapan.
Haryanto T, Hidayati A Nur, Djoewito W. Ekonomi Pertanian. Surabaya (ID): Airlangga University Press.
Sulistyo A. 2002. Karakterisasi morfologi 15 genotipe pepaya (Carica papaya L.) hasil eksplorasi PKBT[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Yenita. 2002. Evaluasi keragaman lima kultivar pepaya (Carica papaya L.)[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Farukhi. 2008. Mengenal 33 provinsi Indonesia: Jawa Tengah. Jakarta (ID): Sinergi Pustaka Indonesia